IBU PACARKU DAN TANTE NYA

Namaku Donny, umur 18 tahun, wajahku cukup
tampan dan tubuh atletis karena aku memang suka
olah raga, tinggi 175 cm. Aku dilahirkan dari
keluarga yang mampu. Tapi Aku merasa kesepian
karena kakak perempuanku kuliah di Amsterdam,
sedang kedua orang tuaku menetap di Bali
mengurusi perusahaannya di bidang garment,
mereka pulang sebulan sekali. Saat ini aku kelas II
SMU swasta di kota Surabaya. Perkenalanku
dengan pacarku, Shinta setahun yang lalu. Di
sekolah kami, dia memang kembangnya kelas II
IPS, banyak cowok yang naksir padanya tapi
dengan sedikit kelebihanku dalam merayu cewek,
maka aku berhasil menggaetnya. Sebenarnya dia
termasuk type cewek yang pendiam dan
tongkrongannya biasanya di perpustakaan, karena
itu dia sering dapat rangking kelas. Keluarga Shinta
termasuk keluarga yang kaya. Ayahnya, Pak Har
berumur 54 tahun masuk jajaran anggota DPRD
sedang ibunya, Bu Har yang nama aslinya Mustika
berumur 38 tahun, orangnya cantik, tingginya
sekitar 164 cm, kulitnya putih, dia asli Menado,
rambutnya sebahu, orangnya ramah dan
berwibawa. Kesibukannya hanya di rumah,
ditemani oleh tantenya Shinta yaitu Tante Merry,
berumur 30 tahun, orangnya seksi sekali seperti
penyanyi dangdut Baby Ayu, tingginya 166 cm.
Dia baru menikah 3 tahun yang lalu dan belum
mempunyai anak, sedang suaminya Om Nanto
adalah pelaut yang pulang hampir 3 bulan sekali.
Dalam masa pacaran boleh dibilang aku kurang
pemberani karena memang Shinta orangnya selalu
memegang prinsip untuk menjaga kehormatan
karena dia anak tunggal. Dia hanya mengijinkan
aku untuk mencium pipi saja, itu juga kalau malam
minggu. Sebenarnya aku bukanlah orang
yang alim, karena kawan- kawanku Andi, Dito dan
Roy terkenal gank-nya Playboy dan
suka booking cewek, maka sebagai pelampiasanku
karena pacarku orangnya alim aku sering mencari
kesenangan di luar bersama teman-temanku, rata-
rata dari kami adalah anak orang gedean, jadi uang
bagi kami bukanlah soal, yang penting happy.
Suatu hari, tepatnya minggu sore kami berempat
pergi ke Tretes dan rencananya akan menyewa
hotel dan booking cewek. Sesampainya di sebuah
hotel, kami segera ke receptionis, kami segera
memesan 2 kamar, saat itu aku hanya duduk di
ruang tunggu dan mengawasi Dito dan Andi yang
sedang memesan kamar. Tiba-tiba pandanganku
jatuh pada perempuan setengah baya
yang berkacamata hitam di sebelah Dito yang
sepertinya lebih dulu mau memesan kamar. Aku
seperti tak percaya, dia ternyata Tante Tika
(Mustika) ibunya Shinta dan yang bersamanya
seorang pemuda yang aku sendiri tidak kenal.
Mereka kelihatan mesra sekali karena tangan
pemuda itu tak mau lepas dari pinggang Tante
Tika. Timbul niatku untuk menyelidiki apa
sebenarnya tujuan Tante Tika datang ke hotel ini.
Setelah mendapat kunci, mereka kemudian
melangkah pergi untuk menuju kamar yang
dipesan. Lalu aku menguntitnya diam-diam, pada
Roy aku pamit mau ke Toilet. Ternyata mereka
menuju ke kamar Melati no.3 yaitu salah satu
kamar VIP yang dipunyai oleh Hotel itu. Kemudian
aku balik lagi ke teman-temanku, akhirnya mereka
mendapat kamar Mawar no.6 dan 7 kebetulan
lokasinya saling membelakangi dengan Kamar
Melati, dan dipisahkan oleh parkiran mobil. Tak
lama kemudian, Roy dan Dito pergi mencari
cewek. Sambil menunggu mereka, aku iseng-iseng
pergi ke belakang kamar. Saat itu jam 18:00 sore
hari mulai gelap. Kebetulan sekali di Kamar Melati
pada dinding belakang ada ventilasi udara yang
agak rendah. Dengan memanjat mobil Roy, aku
bisa melihat apa yang terjadi di dalam kamar itu.
Ternyata Ibu pacarku yang di rumah kelihatan alim
dan berwibawa tak disangka selingkuh dengan pria
lain yang umurnya jauh lebih muda darinya.
Keduanya dalam keadaan telanjang bulat, posisi
Tante Tika sedang menaiki pemuda itu sambil
duduk, kemaluan Tante Tika terlihat tertusuk oleh
batang kejantanan pemuda yang sedang terlentang
itu. Aku jadi ikut horny melihat dua sosok tubuh
yang sedang bersetubuh itu. Wajah Tante Tika
kelihatan merah dan dipenuhi keringat yang
membasahi kulitnya. Nafasnya terengah-engah
sambil menjerit-jerit kecil. Tiba-tiba gerakannya
dipercepat, dia berpegangan ke belakang lalu dia
menjerit panjang, kelihatannya dia mendapat
orgasmenya lalu badannya ambruk menjatuhi
tubuh pemuda itu. Kelihatannya pemuda itu belum
puas lalu mereka ganti posisi. Tante Tika berbaring
di ranjang, kakinya di buka lebar lututnya dilipat,
dengan penuh nafsu pemuda itu menjilati liang
kewanitaan Tante Tika yang sudah basah penuh
dengan cairan maninya. Ibu pacarku itu
mengerang- erang manja. Setelah puas dengan
permainan lidahnya, pemuda itu kembali
mengarahkan batang kejantanannya ke bibir
kemaluan Tante Tika lalu dengan mudah,
"Blueess.." Kejantanan pemuda itu sudah amblas
seluruhnya ke dalam lubang kemaluan Tante Tika.
Aku melihatnya semakin bernafsu sambil
mengocok kemaluanku sendiri, aku antusias sekali
untuk menikmati permainan mereka. Pemuda itu
terus memompa batang kejantanannya keluar
masuk lubang kemaluan Tante Tika sambil
tangannya meremas-remas payudara perempuan
itu yang berukuran lumayan besar, 36B.
Pinggulnya bergoyang-goyan g mengimbangi
gerakan pemuda itu. Sekitar 6 menit kemudian
pemuda itu mengejang, ditekannya dalam-dalam
pantatnya sambil melenguh dia
keluar lebih dulu, sedang Tante Tika terus
menggoyangkan pinggulnya. Tak lama kemudian
dijepitnya tubuh pemuda itu dengan kakinya
sambil tangannya mencengkeram punggung
pemuda itu. Kelihatannya dia mendapat orgasme
lagi bersamaan dengan muncratnya mani dari
kemaluannya. Lalu kusudahi acaraku mengintip
Tante Tika, Ibu pacarku yang penuh wibawa dan
aku sangat mengagumi kecantikannya ternyata
seorang Hiperseks. Ada catatan tersendiri dalam
hatiku. Aku sudah melihatnya telanjang bulat, hal
itu membuat terbayang-bayan g terus saat dia
merintih-rintih membuatku sangat bernafsu
hingga timbul keinginan untuk dapat menikmati
tubuhnya. Paling tidak aku sekarang punya kartu
truf rahasianya. Acaraku dengan teman-teman
berjalan lancar bahkan saat menyetubuhi cewek
yang bernama Ani dan Ivone justru aku
membayangkan sedang menyetubuhi Tante Tika
hingga aku cepat sekali keluar. Aku hanya
melakukan sekali pada Ani dan dua kali pada Ivone,
sedang teman-temanku melakukan sampai pagi
tak terhitung sudah berapa kali mereka mendapat
orgasme. Aku sendiri jadi malas untuk bersetubuh
dengan mereka karena saat ini aku malah
terbayang-bayan g dengan keindahan tubuh Tante
Tika. Jam 10 malam setelah berpakaian, aku keluar
dari kamar. Kubiarkan ketiga temanku mengerubuti
kedua cewek itu. Kunyalakan rokok dan duduk di
teras kamar, rasanya udara di Tretes sangat dingin.
Kembali kutengok kamar melati no.3 dari ventilasi,
kelihatan lampunya masih menyala berarti mereka
belum pulang, lalu kuintip lagi dari jendela ternyata
mereka sedang tidur saling berpelukan. Tiba-tiba
aku ingat Tante Tika selalu bawa HP, aku sendiri
juga kebetulan bawa tapi aku ragu apakah HP-nya
diaktifkan tapi akan kucoba saja. Begitu ketemu
nomernya lalu kutekan dial dan terdengar nada
panggil di dalam kamar itu. Tante Tika terbangun
lalu buru-buru mengangkat HP-nya, dia sempat
melihat nomer yang masuk. "Haloo.. ini Donny
yaa, ada apa Doon..?" kata Tante Tika dari dalam
kamar.
"Tante sedang di mana..?" tanyaku.
"Lhoo.. apa kamu nggak tanya Shinta, hari ini aku
kan nginap di rumah neneknya Shinta di Blitar,
neneknya kan lagi sakit.." kata Tante Tika beralasan.
"Sakit apa Tan.." tanyak berlagak pilon.
Dia diam sejenak, "Ah nggak cuman jantungnya
kambuh.. tapi sudah baikan kok, besok juga saya
pulang," katanya pintar bersandiwara.
"Memangnya kamu, ada perlu apa..?" tanya Tante
Tika.
"Maaf Tante.. tapi.. Tante jangan marah yaa..!"
"Sudah katakan saja aku capek nih.. kalau mau
ngomong, ngomong saja.. aku janji nggak akan
marah," kata Tante Tika. "Tante capek habis
ngapain..?"
tanyaku.
"E..e.. anuu tadi mijitin Neneknya Shinta.." katanya
gugup.
"Bener Tante..? masak orang sakit jantung kok
dipijitin, bukannya mijitin yang lain..?" kataku mulai
berani.
"Kamu kok nggak percaya sih.. apa sih
maksudmu..?"
"Sekali lagi maaf Tante, sebenarnya saya sudah
tahu semuanya..?"
"T..tahu apa kamu?" dia mulai gelagapan.
"Bukannya Tante sekarang berada di Tretes di Hotel
**** (edited) di kamar melati no.3 bersama orang
yang bukan suami Tante," kataku.
"D..Doon, kamu dimanaa?" katanya bingung.
"Temui saya di belakang kamar tante, di dalam
mobil Civiv Putih sekarang.. kita bisa pecahkan
masalah ini tanpa ada orang yang tahu," kataku
menantang.
"B..b.baik, saya segera ke sana.. tunggu lima menit
lagi," katanya lemah. Tak lama kemudian Tante
Tika datang dengan hanya memakai piyama
masuk ke mobil Roy.
"Malem Tante," sapaku ramah.
"Doon tolong yaa, kamu jangan buka rahasia ini.."
katanya memohon.
"Jangan khawatir Tante kalau sama saya pasti
aman, tapii.." aku bingung mau meneruskan.
Aku terus membayangkan tubuh seksi Tante Tika
dalam keadaan telanjang bulat sedang merintih-
rintih nikmat.
"Tapi.. apa Doon..?, ngoomong doong cepetan,
jangan buat aku
tengsin di sini.. tolong deh jaga nama baik Tante..
Tante baru dua kali begini kook.. itu jugaa.. Tante
udah nggak tahaan lagii, bener lhoo kamu mau
tutup mulut.." katanya merajuk.
"Tunggu duluu.. emang sama Om, Tante nggak
Puas..?" tanyaku.
"Sebenarnya siih, Mas Har itu udah menuhin
kewajibannya.. cuman sekarang dia kan udah agak
tua jadinya yaahh, kamu tahu sendiri kan gimana
tenaganya kalau orang sudah tua.. makanya kamu
harus maklum, kalau kebutuhan yang satu itu
belum terpuaskan bisa
gila sendiri aku.. kamu kan udah dewasa masalah
kayak gitu harusnya udah paham, paling tidak
kamu sudah tahu alasannya.. sekarang tolong
Tante yaah, jaga rahasia Tante.. please!!" katanya
mengiba. "Baik Tante, saya akan jaga rahasia ini,
tapi tergantung.."
"Tergantung apa..?
"tergantung.. imbalannya.. trus yang buat tutup
mulut apa dong, masak mulut saya dibiarin
terbuka..?"
"Kamu minta uang berapa juta besok saya kasih,"
balas Tante Tika agak sombong.
"Papa saya masih bisa kok ngasih uang
berapapun, Emangnya uang bisa untuk tutup
mulut, lihat Tante," sambil aku keluarin uang 100
ribuan lalu kutaruh di mulutku, kemudian uang itu
jatuh ke lantai mobil.
"Tuhh, jatuhkan uangnya." kataku sambil ketawa
kecil.
"Hihi..hi, kamu bisa apa aja becanda, terus kamu
minta apa..?" tanya Tante Tika.
"Hubungan pacaran saya sama Shinta kan udah
lama tapi Dia cuman ngasih ciuman di pipi saja,
yang lainnya nggak boleh sama mamanya,
sebenarnya saya pengin ngerasain yang lainnya.."
kataku. "Gila kamu, anakku kan masih perawan,
harus bisa jaga diri dong..!"
"Saya kan laki-laki dewasa Tante, pasti juga
kepingin ngerasain gituan, gimana kalau selain
ciuman dari Shinta saya belajarnya sama Tante
Tika.. saja," tanyaku nakal.
"Wah kamu semakin kurang ajar saja, mulai besok
kamu nggak boleh pacaran lagi sama anakku,"
ancamnya serius.
"Memangnya Tante pengin lihat berita di koran,
Isteri anggota DPRD Jatim berselingkuh dengan
gigolo," aku balik mengancam.
"Ett.. jangan dong, kamu kok gitu sih, aku cuman
bercanda kok, kamu boleh kok ngelanjutin
hubungan kamu dengan Shinta, terus kalau mau
diajarin gituan.. ee.. Tante nggak keberatan kok,
sekarang juga boleh," katanya, akhirnya dia
mengalah.
"Tante mau ML sama saya sekarang..?" tanyaku
nggak percaya.
"Udahlah, ayo ke kamar Tante tapi.. biar pemuda
itu kusuruh pulang dulu," katanya sambil
melangkah pergi menuju kamarnya. Malam itu
kulihat arlojiku sudah menunjukkan jam 23:00
WIB. Kulihat seorang pemuda keluar dari kamar
Tante Tika, aku segera masuk ke dalam kamar itu.
Kulihat Tante Tika sedang duduk di meja rias
sambil menyisir rambutnya menghadap ke
cermin.
"Nggak usah berdandan Tante, udah cantik kok.."
kataku memuji kecantikannya.
"Emang Tante masih cantik..?" tanyanya.
"Buat apa saya bohong, sudah lama saya
mengagumi kecantikan Tante, juga tubuh Tante
yang masih seksi," jawabku.
"Benarkah kamu mengagumi Tante..?"
"Malah saya sering ngebayangin gimana yahh
rasanya ngentot sama Tante Tika, pasti enak."
kataku merayunya.
"Ya udah nggak usah dibayangin, orangnya udah
ada di depan kamu kok, siap melayani kamu,"
katanya sambil berdiri dan berjalan ke arahku. Lalu
dengan kasar dibukanya reitsleting celanaku dan
dilepasnya celanaku ke bawah juga celana dalamku
hingga sampai lutut. "Waawww.. besar sekali
punya kamu Don?" serunya, lalu secepat kilat
tangannya menggenggam kemaluanku yang
ukuran panjangnya 15 cm tapi diameternya kira-
kira 3,7 cm kemudian mengelus-elusny a dengan
penuh nafsu. Akupun semakin bernafsu,
piyamanya kutarik ke bawah dan woowww..,
kedua buah dada itu membuat mataku benar-
benar jelalatan. "Mm.. kamu sudah mulai pintar,
Don. Tante mau kamu.." belum lagi kalimat Tante
Tika habis aku sudah mengarahkan mulutku ke
puncak bukit kembarnya dan, "Crupp.." sedotanku
langsung terdengar begitu bibirku mendarat di
permukaan puting susunya. "Aahh.. Donny,
oohh.. sedoot teruus aahh.." tangannya semakin
mengeraskan genggamannya pada batang
kejantananku, celanaku sejak tadi dipelorotnya ke
bawah. Sesekali kulirik ke atas sambil terus
menikmati puting susunya satu persatu. Tante Tika
tampak tenang sambil tersenyum melihat
tingkahku yang seperti monyet kecil menetek pada
induknya. Jelas Tante Tika sudah berpengalaman
sekali. Batang kejantananku tak lagi hanya
diremasnya, ia mulai mengocok-ngocok nya.
Sebelah lagi tangannya menekan-nekan kepalaku
ke arah dadanya. "Buka bajumu dulu, Don.." ia
menarik baju kaos yang kukenakan, aku melepas
sedotanku pada puting buah dadanya, lalu
celanaku dilepaskannya. Ia sejenak berdiri dan
melepas piyamanya, kini aku dapat melihat tubuh
Tante Tika yang bahenol itu dengan jelas. Buah
dada besar itu tegak menantang. Dan bukit diantara
kedua pangkal pahanya masih tertutup celana
dalam putih, bulu-bulu halus tampak merambat
keluar dari arah selangkangannya . Dengan agresif
tanganku menjamah CD-nya, langsung kutarik
sampai lepas. Tante Tika langsung merebahkan
tubuhnya di tempat tidur. Aku langsung
menindihnya, dadaku menempel pada kedua buah
payudaranya, kelembutan buah dada yang
dulunya hanya ada dalam khayalanku sekarang
menempel ketat di dadaku. Bibir kamipun kini
bertemu, Tante Tika menyedot lidahku dengan
lembut. "Uhh.." nikmatnya, tanganku menyusup
diantara dada kami, meraba- raba dan meremas
kedua belahan susunya yang besar itu. "Hmm..
oohh.. Tante.. aahh.." kegelian bercampur nikmat
saat Tante Tika memadukan kecupannya di leherku
sambil menggesekkan
selangkangannya yang basah itu pada batang
kejantananku. Bibirku merayap ke arah dadanya,
bertumpu pada tangan yang kutekuk sambil
berusaha meraih susunya dengan bibirku. Lidahku
mulai bekerja liar menjelajahi bukit kenyal itu senti
demi senti. "Hmm.. pintar kamu Doon.. oohh.."
Desahan Tante Tika mulai terdengar, meski serak-
serak tertahan nikmatnya jilatanku pada putingnya
yang lancip. "Sekarang kamu ke bawah lagi
sayang.." Aku yang sudah terbawa nafsu berat itu
menurut saja, lidahku merambat cepat ke arah
pahanya, Tante Tika membukanya lebar dan
semerbak aroma selangkangannya semakin
mengundang birahiku, aku jadi semakin gila.
Kusibak bulu- bulu halus dan lebat yang menutupi
daerah kewanitaannya. Uhh, liang kewanitaan itu
tampak sudah becek dan sepertinya berdenyut.
Aku ingat apa yang harus kulakukan, lidahku
menjulur lalu menjilati liang kewanitaan Tante Tika.
"Ooohh, yaahh.. enaak, Doon, Hebat kamu Doon..
oohh.." Tante Tika mulai menjerit kecil merasakan
sedotanku pada klitorisnya. Sekitar lima menit lebih
aku bermain di daerah itu sampai kurasakan tiba-
tiba ia menjepit kepalaku dengan keras diantara
pangkal pahanya, aku hampir-hampir tak dapat
bernafas. "Aahh.. Tante nggak kuaat aahh, Doon.."
teriaknya panjang seiring tubuhnya yang
menegang, tangannya meremas sendiri kedua
buah dadanya yang sejak tadi bergoyang- goyang,
dari liang kewanitaannya mengucur cairan kental
yang langsung bercampur air liur dalam mulutku.
"Makasih yaa Don, kamu udah puasin Tante..
makasih Sayang. Sekarang beri Tante kesempatan
bersihin badan sebentar saja," ia lalu mengecupku
dan beranjak ke arah kamar mandi. Aku tak tahu
harus berbuat apa, senjataku masih tegang dan
keras, hanya sempat mendapat sentuhan tangan
Tante Tika. Batinku makin tak sabar ingin cepat
menumpahkan air maniku ke dalam liang
kewanitaannya. Ahh, aku meloncat bangun dan
menuju ke kamar mandi. Kulihat Tante Tika sedang
mengguyur tubuhnya di bawah shower. "Tante
Tika.. ayoo cepat," teriakku tak sabar.
"Hmm, kamu sudah nggak sabar ya?" ia
mengambil handuk dan mendekatiku. Tangannya
langsung meraih batang kejantananku yang masih
tegang.
"Woowww.. Tante baru sadar kalau kamu punya
segede ini, Doon.. oohhmm.." ia berjongkok di
hadapanku. Aku menyandarkan tubuh di dinding
kamar mandi itu dan secepat kilat Tante Tika
memasukkan batang kejantananku ke mulutnya.
"Ouughh.. sstt.. nikmat Tante.. oohh.. oohh..
ahh.." geli bercampur nikmat membuatku seperti
melayang. Baru kali ini punyaku masuk ke dalam
alat tubuh perempuan. Ternyata, ahh.., lezatnya
setengah mati. Batang kejantananku tampak
semakin tegang, mulut mungil Tante Tika hampir
tak dapat lagi menampungnya. Sementara
tanganku ikut bergerak meremas-remas
payudaranya. "Waaouwww.. punya kamu ini lho,
Doon.. Tante jadi nafsu lagi nih, yuk kita lanjutin
lagi," tangannya menarikku kembali ke tempat
tidur, Tante Tika seperti melihat sesuatu yang
begitu menakjubkan. Perempuan setengah baya
itu langsung merebahkan diri dan membuka kedua
pahanya ke arah yang berlawanan, mataku lagi-lagi
melotot ke arah belahan liang kewanitaannya.
Hmm.. kusempatkan menjilatinya semenit lalu
dengan cepat kutindih tubuhnya, kumasukkan
batang kejantananku ke dalam lubang
kemaluannya. "Sleepp.." agak susah juga karena
kemaluannya lumayan sempit tapi kemudian
amblas juga seluruhnya hingga sampai dasar
rahim, lalu kupompa naik turun. "Hmm.. oohh.."
Tante Tika kini mengikuti gerakanku. Pinggulnya
seperti berdansa ke kiri kanan. Liang
kewanitaannya bertambah licin saja. Batang
kejantananku kian lama kian lancar, kupercepat
goyanganku hingga terdengar bunyi
selangkangannya yang becek bertemu pangkal
pahaku.
"Plak.. plak.. plak.. plak.." aduh nikmatnya
perempuan setengah baya ini. Mataku merem
melek memandangi wajah keibuan Tante Tika
yang masih saja mengeluarkan senyuman.
Nafsuku semakin jalang, gerakanku yang tadinya
santai kini tak lagi berirama. Buah dadanya tampak
bergoyang kesana kemari, mengundang bibirku
beraksi. "Ooohh Sayang, kamu buas sekali. Hmm..
Tante suka yang begini, oohh.. genjot terus.."
katanya menggelinjang hebat.
"Uuuhh.. Tante, nikmat Tante.. hmm Tante cantik
sekali oohh.."
"Kamu senang sekali susu tante yah? oohh..
sedoot teruus susu tantee aahh.. panjang sekali
peler kamu.. oohh, Doony.. aahh.." Jeritannya
semakin keras dan panjang, denyutan liang
kewanitaannya semakin terasa menjepit batang
kejantananku yang semakin terasa keras dan
tegang.
"Doon..?" dengusannya turun naik.
"Kenapa.. Tante.."
"Kamu bener-bener hebat Sayang.. oowww..
uuhh.. Tan.. Tante.. mau keluar hampiirr.. aahh.."
gerakan pinggulnya yang liar itu semakin tak
karuan, tak terasa sudah lima belas menit kami
bersetubuh.
"Ooohh memang enaak Tante, oohh.. Tante
oohh.. tante Tika, oohh.. nikmat sekali Tante,
oohh.." Tak kuhiraukan tubuh Tante Tika yang
menegang keras, kuku-kuku tangannya
mencengkeram punggungku, pahanya menjepit
keras pinggangku yang sedang asyik turun naik
itu, "Aahh.. Doon.. Tante ke..luaarr laagii.. aahh.."
liang senggama Tante Tika terasa berdenyut keras
sekali, seperti memijit batang kejantananku dan ia
menggigit pundakku sampai kemerahan. Kepala
batang kejantananku seperti tersiram cairan hangat
di dalam liang rahimnya. Sesaat kemudian ia lemas
lagi. Batang kejantananku masih menancap setia di
liang kemaluan Tante Tika. "Sekarang Tante mau
puasin kamu, kasih Tante yang di atas ya, Sayang..
mmhh, pintar kamu Sayang.." Posisi kami
berbalik. Kini Tante Tika menunggangi tubuhku.
Perlahan tangannya kembali menuntun batang
kejantananku yang masih tegang itu memasuki
liang kenikmatannya dan terasa lebih masuk. Tante
Tika mulai bergoyang perlahan, payudaranya
tampak lebih besar dan semakin menantang dalam
posisi ini, aku segera meremasnya. Tante Tika
berjongkok di atas pinggangku menaik-turunkan
pantatnya, terlihat jelas bagaimana batang
kejantananku keluar masuk liang senggamanya
yang terlihat penuh sesak, sampai bibir kemaluan
itu terlihat sangat kencang. "Ooohh enaak Tante..
ooh Tante.. ooh Tante Tika.. ooh Tante.. hmm,
enaak sekali.. oohh.." kedua buah payudaranya
seperti berayun keras mengikuti irama turun
naiknya tubuh Tante Tika. "Remas yang mesra
dong susu Tante sayang, oohh.. yaahh.. pintar
kamu.. oohh.. Tante nggak percaya kamu bisa
seperti ini, oohh.. pintar kamu Doon oohh.. ganjal
kepalamu dengan bantal ini sayang," Tante Tika
meraih bantal yang ada di samping kirinya dan
memberikannya padaku. "Maksud Tante supaya
saya bisa.. srup.. srup.." mulutku menerkam
puting susunya. "Yaahh.. sedot susu Tante lagi
sayang.. hmm.. yak begitu teruus yang kiri sayang
oohh.." Tante Tika menundukkan badan agar
kedua buah dadanya terjangkau mulutku. Cairan
mani Tante Tika yang meluber membasahi dinding
kemaluannya. Akhirnya dia menjerit panjang,
"Ouuhhgg.. Tante keluuaar, lagii," erangnya. Aku
yang belum puas memintanya untuk
menungging. Tante Tika menuruti perintahku,
menungging tepat di depanku yang masih
terduduk. Hmm.., lezatnya pantat Tante Tika yang
besar dan belahan bibir kewanitaannya yang
memerah, aku langsung mengambil posisi dan
tanpa permisi lagi menyusupkan batang
kejantananku dari belakang. Kupegangi
pinggangnya, sebelah lagi tanganku meraih buah
dada besarnya. "Ooohh.. ngg.. Kamu hebaat
Donn.. oohh, genjot yang cepat Sayang, oohh..
tambah cepat lagi.. uuhh.." desah Tante Tika tak
beraturan. "Ooohh Tante.. Taan..tee.. oohh..
nikmat Tante Tika.." Kepalanya menggeleng keras
kesana kemari, kurasa Tante Tika sedang berusaha
menikmati gaya ini dengan semaksimal mungkin.
Teriakannya pun makin ngawur.
"Ooohh.. jangan lama-lama lagi Sayang, Tante
mau keluar lagi ooh.." rintihnya. Lalu aku
mempercepat gerakanku hingga bunyinya
kecepak- kecepok akibat banyaknya cairan mani
Tante Tika yang sudah keluar, lalu aku merasa ada
sesuatu yang mau keluar. "Aahh Tante.. uuhh..
nikmat sekali, oohh.. Tante sekarang.. Tante Tika,
oohh.. saya nggak tahan tantee.. enaak.. oohh.."
ceracauku tak beraturan. "Tante juga Doon.. ohh..
Doonny sayaangg, oohh.. keluaar samaan
sayaang, ooh.." Kami berdua berteriak panjang,
badanku terasa bergetar dan, "Croot.. crott..
croott.. croott.." entah berapa kali batang
kejantananku menyemburkan cairan kental ke
dalam rahim Tante Tika yang tampak juga
mengalami hal yang sama, selangkangan kami
saling menggenjot keras. Tangan Tante Tika
meremas sprei dan menariknya keras, bibirnya ia
gigit sendiri. Matanya terpejam seperti merasakan
sensasi yang sangat hebat. Sejak itu hubunganku
dengan Tante Tika bertambah mesra tidak jarang
kami mengadakan perjanjian untuk saling ketemu
atau saat dia menyuruhku mengantarkannya ke
arisan tapi malah dibelokkan ke rumahnya yang
satu di daerah perumahan elit yang sepi, sedang
aku sama Shinta tetap pacaran tapi
perselingkuhank u dengan mamanya tetap kujaga
rahasianya. Suatu hari aku ke rumah Shinta
sepulang sekolah, ternyata Shinta sedang les.
Sedangkan ayahnya ada meeting 2 hari di Malang.
Karena sudah terbiasa, setelah masuk ke rumah
dan kelihatannya sepi, saat bertemu Tante Tika aku
langsung memeluknya dari belakang.
"Mumpung sepi Tante, saya sudah kangen sama
Tante.." kataku sambil menciumi leher dan cuping
telinga Tante Tika.
"Jangan di sini Sayang, ke kamar tante saja.."
katanya sambil mengandengku masuk ke
kamar, aku seperti kerbau yang di cocok
hidungnya, hanya menurut saja. Setibanya di
dalam kamar tanpa ba-bi-bu kami saling
berpelukan dan kulumat bibirnya. Nafasnya
terengah- engah. Kancing dasternya kubuka satu-
persatu hingga semuanya lepas lalu kutarik ke
bawah, sedang Tante Tika juga sudah melepas
kemejaku, tangannya kini sibuk membuka
reitsleting celanaku, aku membantunya. Setelah
celanaku lepas lalu dia buang di lantai. Aku diam
sejenak, kupandangi tubuh Tante Tika yang hanya
memakai BH warna putih dan celana dalam yang
juga putih. Lalu tali pengikat BH-nya kulepas, maka
tersembullah buah dada Tante Tika yang montok
dan menantang itu. Kemudian tanganku ganti
memelorotkan celana dalam Tante Tika. Kini dia
sudah telanjang bulat tanpa sehelai benangpun
yang menutupi tubuhnya. Kulitnya yang putih
mulus memancarkan keindahan alami, aku jadi
semakin bernafsu. Sesaat kemudian Tante Tika
jongkok di hadapanku dan dengan sekali tarik
celana dalamku dilepaskannya ke bawah, dengan
kakiku CD-ku kulempar ke bawah ranjang Tante
Tika. Lalu kami saling menatap, bibirnya didekatkan
dengan bibirku, tanpa buang waktu kupagut bibir
yang merah merekah kami saling mengulum,
terasa hangat sekali bibir Tante Tika. Tanganku
mulai bergerilya di dadanya, gundukan montok itu
semakin lama semakin kencang dan putingnya
terasa mengeras karena permainan tanganku.
Kemaluanku tak luput dari tangan hangat Tante
Tika yang begitu bernafsu ingin menguasai
keperkasaan kejantananku. Tangan lentik itu kini
mengocok dan meremas otot kejantananku. Aku
semakin tak tahan, lalu aku melepas pelukannya,
nafas kami sama- sama ngos-ngosan. Kulihat
matanya memerah seperti banteng yang marah,
dadanya naik turun inikah yang namanya sedang
birahi. Lalu tubuh telanjang Tante Tika kubopong
dan kubaringkan terlentang di atas ranjang, dia
menekukkan lututnya dan kedua pahanya
direnggangkan. Melihat pemandangan liang
senggamanya yang sudah basah dan merah
merekah, aku jadi semakin tidak sabar. Lalu
kembali semua bagian dari liang kewanitaannya
menjadi daerah operasi lidahku. Klirotisnya terlihat
mengkilat
karena banyaknya cairan yang membasahi liang
senggamanya. Tiba-tiba aku dikagetkan saat secara
refleks aku melihat ke pintu. Memang pintu itu
hanya di tutup kain gorden sedang daun pintunya
tidak kami tutup. Kain gorden itu tersingkap sedikit
dan terlihat sepasang mata mengintip perbuatan
kami. Aku
sempat deg-degan, jangan- jangan Om Har, kalau
benar mati aku. Lalu saat gorden itu tertiup angin
dari jendela samping aku baru tahu kalau ternyata
yang berdiri di balik pintu adalah Tante Merry, adik
Tante Tika. Aku jadi lega, paling tidak dia bukan
suami Tante Tika ataupun pacarku Shinta. Aku
meneruskan permainanku dengan harapan
semoga Tante Merry bisa melihat bagaimana aku
bisa memuaskan kakaknya. Harapanku mendekati
kenyataan, ternyata mata itu terus mengawasi
permainan kami bahkan saat batang kejantananku
hendak masuk ke dalam liang kewanitaan Tante
Tika, aku sempat mendengar Tante Merry
menahan nafas. Kembali kugenjot liang kewanitaan
itu hingga yang punya mengejang sambil
mulutnya keluar erangan dan rintihan yang seperti
mungkin pembaca pernah melihat Film Blue versi
mandarin saat si cewek digenjot lawan mainnya.
Aku sendiri semakin tambah bernafsu mendengar
rintihan kecil Tante Tika karena suaranya
merangsang sekali. Paling tidak 20 menit lamanya
aku bisa bertahan dan akhirnya jebol juga
pertahananku. "Ccroot.. croot.. croot.." cairanku
banyak yang masuk ke dalam rahim Tante Tika,
sedang sebelum itu Tante Tika
juga sudah keluar dan setelah aku hampir selesai
mengejang dan mengeluarkan spermaku, giliran
Tante Tika mengejang yang kedua kalinya. Lalu
tubuhku ambruk di samping Tubuh indah Tante
Tika. Kulihat mata Tante Tika terpejam sambil
tersenyum puas. Lalu aku pamit mau ke kamar
mandi. Sebenarnya aku hanya ingin menemuai
Tante Merry tapi saat kucari dia sudah tidak di
belakang gorden lagi. Lalu kucari di kamarnya.
Kulihat pintu kamar terbuka sedikit lalu kutengok,
ternyata kamarnya kosong. Akhirnya kuputuskan
ke kamar mandi karena aku memang mau
kencing, dengan tergesa-gesa aku berlari ke kamar
mandi, kulihat pintu kamar mandi tidak tertutup.
Saat aku di depan pintu, aku samar-samar
mendengar bunyi air yang dipancurkan berarti ada
yang mandi shower. "Ohh.. my God.." saat itu
terpampang tubuh molek Tante Merry sedang
mandi di pancuran sambil mendesah-desah, dia
menggosok tubuhnya membelakangi pintu.
Terlihat bagian pantatnya yang padat dan seksi,
karena suara air begitu deras mungkin Tante Merry
tidak mendengar saat aku melebarkan pintunya.
Dari luar aku memandangnya lebih leluasa,
tangannya sedang menggosok buah dadanya dan
kadang buah dadanya yang berukuran 36C itu
diremasnya sendiri, aku ikut terhanyut melihat
keadaan itu. Saat dia membalikkan badan, kulihat
dia mendesis sambil matanya terpejam seperti
sedang membayangkan sesuatu yang sedang
dialaminya. Waaouuw.., dari depan aku semakin
jelas melihat keindahan tubuh Tante Merry. Buah
dadanya yang sedang diremas tangannya sendiri
kelihatan masih tegak menantang bulat sekal
dengan puting yang mencuat runcing di
tengahnya, mungkin karena dia belum pernah
menyusui bayi maka kelihatan seperti buah dada
seorang perawan, masih segar. Aku sempat
terperangah karena berbeda sekali dengan
kepunyaan Tante
Tika yang sudah agak menggantung sedikit tapi
ukurannya lebih kecil sedikit. Lalu pandanganku
semakin turun, kulihat hutan rimbun di bawah
perutnya sudah basah oleh air, kelihatan tersisir
rapi dan di bawahnya sedikit daging kecil itu begitu
menonjol dan lubangnya lebih kecil dari lubang
milik Tante Tika. Tak lama kemudian tangannya
meluncur ke bawah dan menggosok bagian demi
bagian. Saat tangan mungilnya digosokkan pada
klirotisnya, kakinya ikut direnggangkan, pantatnya
naik turun. Aku baru menyadari bahwa
kemaluanku sudah tegak berdiri malah sudah
keluar cairan sedikit. Aku semakin tak tahan, aku
lalu main spekulasi aku harus bisa menundukkan
Tante Merry paling tidak selama ini dia merasa
kesepian, selama dua bulan terakhir ini dirinya tidak
disentuh laki-laki berarti dia sangat butuh kepuasan
batin. Satu persatu pakaianku kulepas hingga
telanjang bulat, burungku yang sudah berdiri tegak
seperti tugu monas ini sudah tidak sabar ingin
mencari sarangnya. Lalu diam-diam aku masuk ke
kamar
mandi dan aku memeluk Tante Merry dari
belakang, tanganku ikut meremas buah dadanya
dan kuciumi tengkuknya dari belakang. Tante
Merry kaget, "Haii.. apa-apaan kamu Doonny!"
bentaknya sambil berusaha melepaskan pelukanku.
Aku tidak menyerah, terus berusaha.
"Doonn.. Lepaaskaan Tantee.. Jangaan.." Dia terus
berontak.
"Tenang Tante.. saya cuma ingin membantu
Tante, melepaskan kesepian Tante," aku terus
menciuminya sedang tanganku yang satunya
bergerilya ke bawah, kugantikan tangannya yang
tadi menggosok liang kewanitaannya sendiri. Bibir
kemaluannya kuremas dan kuusap-usap pelan.
"Tapi Doon, Ouhhg.. Aku kaan.. sshah.." dia
sepertinya juga sudah menikmati permainanku.
"Sudah berapa lama Tante mengintip kami tadi..
Tante kesepian.. Tante butuh kepuasan.. saya akan
memuaskan Tante.. nikmati saja," aku terus
mencumbunya.
"Ouugh.. Ahh.. Jangaann Oohh.." dia terus
melarang tapi sesaat kemudian dia membalikkan
badan.
"Doonn, puaskan dahaga Tante.." katanya sambil
melumat bibirku, kini dia begitu agresif, aku ganti
kewalahan dan berusaha mengimbanginya,
tanganku meremas kedua buah dada Tante Merry.
"Hmm kamu hebaat.. sayaang," tanpa sadar keluar
ucapan itu dari mulutnya. Selama 25 menit kami
saling mencumbu, saling meremas dalam keadaan
berdiri hingga..
"Ahh.. Doon, cukuup Doon.. lakukanlah, aku sudah
tidaak tahaan.. Ohh.." rintihnya.
Lalu kudorong tubuh Tante Merry menepi ke
dinding, kurenggangkan kakinya. Sesaat kulihat
bibir kemaluannya ikut membuka lebar, klitorisnya
terlihat meriang memerah dan sudah banyak
cairan yang membasahi dinding kewanitaannya.
Lalu kuletakkan batang kejantananku yang sudah
mengeras itu di bibir kemaluan Tante Merry, pelan-
pelan kumasukkan. "Uhh.. ss, pelaan sayang,
punyamu terlalu besar," jeritnya kecil. Memang
kelihatannya liang kewanitaan yang satu ini masih
sempit mungkin jarang dipakai. Perlahan batang
kejantananku mulai masuk lebih dalam hingga
akhirnya amblas seluruhnya. "Aouuwww.." Tante
Merry menjerit lagi mungkin dia belum terbiasa
dengan batang kejantanan yang berukuran besar.
Setelah keadaan agak rileks, aku mulai
menggerakkan batang kejantananku maju
mundur. "Oohh.. teruskaan Sayaang.. gendoong
aku," katanya sambil menaikkan kakinya dan
dijepitkan di pinggangku. Saat itu batang
kejantananku seperti dijepit oleh dinding
kewanitaannya tapi justru gesekannya semakin
terasa nikmat. Tante Merry terus melakukan
goyang pinggulnya.
"Ohh.. ennaak Tantee.." aku semakin terangsang.
"Tantee jugaa nikmaat.. Doon, punya kamu
nikmaat banget.. Ohh, rasanya lebih nikmat dari
punya suamikuu.. Ahh.. Uhh.. Tusuk yang lebih
keras sayang." desis Tante Merry.
"Aaahh.. Aaagh.. Ohh.. Sshh.." Tante Merry
merintih tak karuan dan gerakan pinggulnya
semakin tak beraturan.
"Doon, Ohh.. genjoot teruuss.." dia setengah
menjerit, "Don, masukin yang dalam, yachh.."
"Enaak Tante, mmhh.." aku merasakan sukmaku
seperti terbang ke awan, liang kewanitaan
perempuan ini nikmat betul sih, sayang suaminya
kurang bisa memuaskannya.
"Ouuhh, Doon.. Tantee.. Mauu Keel.. Aaahh.." dia
menjerit sambil menekankan pantatnya lebih
dalam. "Seerr.." terasa cairan hangat membasahi
batang kejantananku di dalam rahimnya. Tapi aku
terus memacu gerakanku hingga aku sendiri
merasakan mau mencapai orgasme.
"Tantee.. dikeluarkan di dalam apa di luar," aku
masih sempat bertanya.
"Di dalam sajaa, berii aku bibitmu sayang,"
pintanya. Tak lama kemudian aku merasakan ada
dorongan dari dalam yang keluar, "Crroott..
crroott.. croott.." cairan maniku langsung
memenuhi rahim Tante Merry, lama kami
berpelukan kencang hingga akhirnya aku merasa
kakiku lemas sekali, tapi aku terus mencumbu
bibirnya.
"Terima kasih Doon, kamu telah menghilangkan
dahagaku," kata Tante Merry.

Bagikan Ke

Facebook Google+ Twitter